MAKALAH FISIKA
Satelit Buatan Yang Mengorbit Bumi Dan Pemasalahan Yang Muncul
Disusun
Oleh :
Nama : Lulu’ Choerun
Nisa
Kelas : XI MIA 4
No Absen : 16
SMA NEGERI 2 WONOSOBO
Tahun Ajaran 2014/2015
Jln.Banyumas.05 Telp.(0286)322614 Wonosobo-56301
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah. SWT atas rahmat dan ridha-Nya, makalah
yang berjudul “Satelit Buatan yang Mengorbit Bumi dan Permasalahan yang Muncul”
dapat disusun.
Makalah ini
menjelaskan tentang sejarah, prinsip kerja, jenis satelit, perkembangan satelit
di Indonesia dan bagaimana dampak penggunaan satelit di Indonesia.
Tujuan penulisan buku ini adalah agar para pembaca mengetahui
sejarah, prinsip kerja, jenis satelit, perkembangan satelit di Indonesia dan
dampak penggunaan satelit di Indonesia .Dengan adanya pengetahuan yang benar, diharapkan
para pembacan dapat menularkan ilmu mereka kepada orang lain.
Sadar akan kekurangan dan kelemahan penulis, baik dalam penyajian, penulisan,
dan kelemahan data yang disajikan. Penulis mohon saran dan kritikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca.
Selamat Membaca !
Wonosobo, 16 Agustus 2015
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
|
2
|
Daftar Isi
|
3
|
BAB 1 : PENDAHULUAN
|
4
|
1.
Latar Belakang
|
4
|
2.
Rumusan Masalah
|
4
|
3.
Batasan Permasalahan
|
5
|
4.
Tujuan Penulisan
|
6
|
BAB 2 : PEMBAHASAN
|
6
|
1.
Sejarah Satelit
|
7
|
2.
Jenis Satelit dan Fungsinya
|
8
|
3.
Prinsip Kerja Satelit
|
9
|
4.
Jenis Orbit
|
10
|
5.
Perkembangan Satelit di Indonesia
|
13
|
6.
Dampak Penggunaan Satelit di Indonesia
|
15
|
7.
Pengaruh Kerapatan Atmosfir
Terhadap Kelajuan Satelit Buatan Dalam Mengorbit
|
14
|
Bab 3 : PENUTUP
|
16
|
1.
Kesimpulan
|
16
|
2.
Saran
|
16
|
DAFTAR PUSTAKA
|
17
|
BAB.1. PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Satelit adalah benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan
bergerak mengelilingi planet tertentu sambil mengikuti planet tersebut beredar dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua
macam satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam adalah
benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau benda lain yang lebih besar
daripada dirinya. Contohnya Bulan yang merupakan satelit dari Bumi.
Pergerakan satelit dalam mengelilingi bumi secara umum mengikuti hukum
Keppler (Pergerakan Keplerian) yang didasarkan pada beberapa asumsi yaitu
pergerakan satelit hanya dipengaruhi oleh medan gaya berat sentral bumi,
satelit bergerak dalam bidang orbit yang tetap dalam ruang, massa satelit tidak
berarti dibandingkan massa bumi, satelit bergerak dalam ruang hampa, dan tidak
ada matahari, bulan, ataupun benda-benda langit lainnya yang mempengaruhi
pergerakan satelit.
Sementara satelit buatan merupakan benda buatan manusia yang diluncurkan ke
luar angkasa untuk keperluan tertentu. Sama seperti satelit alam, satelit
buatan tersebut merupakan sebuah benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi
bumi. Satelit dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan keguaananya seperti: satelit
cuaca, satelit komonikasi, satelit iptek dan satelit militer. Untuk dapat
beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara -negara
maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah
memiliki stasiun untuk melontarkan satelit ke orbitnya. Oleh karena itu, makalah
ini dibuat untuk mengetahui sejarah dan perkembangan satelit buatan dan
permasalahan yang muncul dari satelit itu sendiri.
II.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana sejarah satelit ?
2.
Apa saja jenis satelit beserta fungsinya
?
3.
Apa prinsip kerja satelit ?
4.
Apa saja jenis orbit ?
5.
Bagaimana perkembangan satelit di
Indonesia ?
6.
Apa dampak penggunaan satelit di
Indonesia ?
7.
Bagaimana pengaruh
kerapatan atmosfir terhadap kelajuan satelit buatan dalam mengorbit ?
III.
Batasan Permasalahan
Terlalu banyak aspek yang perlu dibahas didalam
makalah ini jadi untuk itu diperlukannya batasan masalah, adapun yang menjadi
pokok permasalahan didalam pembahasan makalah ini adalah tentang kerapatan
atmosfir dan Kelajuan dari satelit buatan dalam mengorbit.
IV.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui sejarah satelit.
2.
Untuk mengetahui jenis satelit
beserta fungsinya.
3.
Untuk mengetahui prinsip kerja
satelit.
4.
Untuk mengetahui jenis orbit.
5.
Untuk mengetahui perkembangan
satelit di Indonesia.
6.
Untuk mengetahui dampak penggunaan
satelit di Indonesia.
7.
Untuk mengetahui pengaruh
kerapatan atmosfir terhadap kelajuan satelit buatan dalam mengorbit.
BAB.2.
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Satelit
Satelit buatan manusia pertama
adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4 Oktober 1957, dan
memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala disein dan
Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa
(space race) antara Soviet dan Amerika. Sputnik 1 membantu mengidentifikasi
kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan
orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan
ionosphere. Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi,
Sputnik 1 juga memberi kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena
hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat
melalui data suhu yang dikirimkannya ke bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada
tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk hidup pertama ke dalam orbit,
seekor anjing bernama Laika. Pada bulan Mei, 1946, Project Rand mengeluarkan
desain preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk mengedarai dunia, yang
menyatakan bahwa, "sebuah kendaraan satelit yang berisi instrumentasi yang
tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke dua
puluh". Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak
1946 dibawah Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics
of the United States Navy). Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya
mengeluarkan laporan diatas, tetapi tidak mengutarakan bahwa satelit
memiliki potensi sebagai senjata militer. Tetapi, mereka menganggapnya sebagai
alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada tahun 1954, Sekertariat Pertahanan Amerika
menyatakan, "Saya tidak mengetahui adanya satupun program satelit
Amerika." Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa
Amerika Serikat akan meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian
diketahui sebagai Project Vanguard. Pada tanggal 31 Juli, Soviets mengumumkan
bahwa mereka akan meluncurkan satelit pada musim gugur 1957.
Mengikuti tekanan dari American
Rocket Society (Masyarakat Roket America), the National Science Foundation
(Yayasan Sains National), and the International Geophysical Year, interest
angkatan bersenjata meningkat dan pada awal 1955 Angkatan Udara Amerika dan
Angkatan Laut mengerjakan Project Orbiter, yang menggunakan wahana Jupiter C
untuk meluncurkan satelit. Proyek ini berlangsung sukses, dan Explorer 1
menjadi satelit Amerika pertama pada tanggal 31 Januari 1958. Pada bulan Juni
1961, tiga setengah tahun setelah meluncurnya Sputnik 1, Angkatan Udara Amerika
menggunakan berbagai fasilitas dari Jaringan Mata Angkasa Amerika (The United
States Space Surveillance Network) untuk mengkatalogkan sejumlah 115 satelit
yang mengorbit bumi. Satelit buatan manusia terbesar pada saat ini yang
mengorbit bumi adalah Station Angkasa Interasional (International Space
Station).
2.
Jenis Satelit dan Fungsinya
a. Satelit
astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan
objek angkasa lainnya yang jauh.
b. Satelit
komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan
telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit
komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun
beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit bumi rendah.
c. Satelit
pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit,
seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-militer
seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.
d. Satelit
navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke
penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan
bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika
Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit
dan penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat penerima
sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data posisi di suatu tempat
dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata.
e. Satelit
mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang digunakan
untuk tujuan militer atau mata-mata.
f. Satelit
tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang
menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya
kepada 3 antena sangat besar di Bumi yang dapat digunakan untuk menggantikan
sumber tenaga konvensional.
g. Stasiun
angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai tempat tinggal
manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan pesawat angkasa
lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa utama atau fasilitas pendaratan.
Dan kendaraan lain digunakan sebagai transportasi ke stasiun. Stasiun angkasa
dirancang untuk hidup jangka-menengah di orbit, untuk
periode mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan.
h. Satelit
cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.
i.
Satelit miniatur adalah satelit yang
ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk mengkategorikan
satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit mikro (di bawah 200kg),
satelit nano (di bawah 10 kg).
3.
Prinsip Kerja Satelit
Cara kerja satelit secara system
konvensional :
Yaitu dengan mengirimkan sinyal dari
computer dan direlai oleh satelit tanpa di lakukan pemprosesan dalam satelit.
Kelemahan metode ini, computer yang ter-hubung langsung pada satelit harus
bekerja selama 24 jam. Jika salah satu computer dimatikan maka hubungan ke computer
tersebut akan terputus. Keuntungannya satelit komunikasi konvensional dapat
digunakan tanpa perlu dimodifikasi. Computer dalam satelit berfungsi untuk
menyimpan sementara informasi yang secara otomatis dapat dilakukan.
Cara kerja transmisi data melalui
satelit :
Pemanfaatan system komunikasi
satelit telah memberikan kemampuan bagi manusia untuk berkomunikasi dan
mendapatkan informasi dari berbagai penjuru dunia secara simultan tanpa
memperhatikan jarak relatifnya. Komponen dasar dari transmisi satelit
adalah :
·
Stasiun bumi, digunakan untuk
mengirim dan menerima data
·
Satelit, disebut juga dengan
transponder
PC yang menggunakan jaringan internet dengan jaringan
satelit dikatagorikan se-bagai jaringan wireless dengan menggunakan gelombang
mikro. Gelombang mikro ini akan ditransmisikan dan diproses oleh stasiun
satelit bumi yang kemudian ditransmisikan ke satelit di angkasa luar, dan
selanjutnya akan dinerima kembali oleh stasiun sateit bumi tujuan.
Cara kerja transmisi data melalui satelit dengan
memperhatikan komponen-komponen tersebut, yaitu satelit menerima sinyal dari
stasiun bumi (up-link) kemudian memperkuat sinyal, mengubah frekuensi dan
mentransmisikan kembali data ke stasiun bumi penerima yang lain (down-link).
Dalam transmisi satelit ter-jadi penundaan atau delay karena sinyal harus
bergerak menuju ruang angkasa dan kembali lagi ke bumi, jeda waktu sekitar 0,5
sekon. Satelit menggunakan frek-uensi yang berbeda untuk menerima dan
mentransmisikan data. Jangkauan frekuensi satelit adalah:
·
4-6 giga hertz,disebut dengan C-band
·
12-14 giga hertz, disebut dengan
Ku-Band
·
20 giga hertz.
4.
Jenis Orbit
Banyak satelit dikategorikan
atas ketinggian orbitnya, meskipun sebuah satelit bisa mengorbit
dengan ketinggian berapa pun.
a. Orbit Rendah
(Low Earth Orbit, LEO): 300 – 1500 km di atas permukaan bumi.
b. Orbit
Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km.
c. Orbit
Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas permukaan
Bumi.
d. Orbit
Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaan Bumi.
e. Orbit Tinggi
(High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.
Orbit berikut adalah orbit khusus
yang juga digunakan untuk mengkategorikan satelit:
a. Orbit
Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12 jam dan inklinasi sekitar 63°.
b. Orbit
Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yang selalu
melintas ekuator pada jam lokal yang sama.
c. Orbit Polar,
orbit satelit yang melintasi kutub
5.
Perkembangan Satelit di Indonesia
Perkembangan
satelit di Indonesia sendiri dimulai pada saat Presiden Soeharto membuka
Stasiun Bumi Jatiluhur pada 27 September 1969. Pembangunan ini dimaksudkan
untuk komunikasi Indonesia dengan negara lain. Pada kurun waktu antara
1970-awal hingga memasuki tahun 1976 dimulai suatu pengembangan lebih lanjut
dari proses pembuatan satelit bagi Indonesia. Pada masa tersebut pula terdapat
campur tangan Amerika sebagai negara yang turut membantu mengembangkan satelit
di Indonesia. Beberapa tahun setelah itu, pada 29 Juli 1976, diluncurkan
Palapa A1 dengan roket Delta-2149 di Florida, Amerika Serikat. Hal itu kemudian
berlanjut pada 16 Agustus 1976 dengan diresmikannya Sistem Komunikasi Satelit
Domestik (SKSD) Palapa. Dengan diresmikannya SKSD PALAPA dan
diluncurkannya satelit Palapa pada 9 Juli 1976 di Florida dapat dikatakan
sebagai langkah awal penggunaan satelit di Indonesia.
Penamaan
Palapa pada satelit yang digunakan Indonesia tersebut merujuk pada suatu
peristiwa sumpah hamukti palapa oleh Mahapatih Gajah Mada. Beliau bersumpah
tidak akan menikmati buah pala sebelum dapat mempersatukan nusantara. Atas
dasar itulah satelit milik Indonesia dinamakan Palapa. Dengan maksud agar dapat
menyatukan seluruh wilayah di Nusantara dalam era informasi maupun komunikasi
digital seperti saat ini.
Pada 16 Agustus 1976 bersamaan dengan peresmian SKSD PALAPA, menjadi suatu tonggak sejarah era perkembangan telematika di Indonesia dan suatu kebanggan tersendiri, karena Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia yang menggunakan satelit sendiri khusus komunikasi setelah Amerika dan Kanada.
Pada 16 Agustus 1976 bersamaan dengan peresmian SKSD PALAPA, menjadi suatu tonggak sejarah era perkembangan telematika di Indonesia dan suatu kebanggan tersendiri, karena Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia yang menggunakan satelit sendiri khusus komunikasi setelah Amerika dan Kanada.
Memang pada
awalnya penggunaan satelit di Indonesia lebih difokuskan pada komunikasi.
Mengingat pula Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan, yang mungkin pula
ditujukan pada suatu konsep wawasan nusantara. Sesuai dengan tuntutan kebutuhan
manusia, maka dalam segi kegunaan atau fungsi, para ilmuan juga terus
mengembangkan satelit palapa. Generasi ke dua satelit palapa kemudian
diluncurkan kembali pada 11 Maret 1977. Satelit ini dinamakan dengan Palapa A2.
Generasi ke
dua dari satelit Palapa ini hanya memiliki fungsi sebagai pendukung dan Palapa
A1 mengalami disfungsi pada sirkuit komunikasinya. Umur kedua satelit ini
hanyalah delapan tahun saja. Permasalahan ini pula yang menuntut para ilmuan
dibidang telematika dan astronomi untuk kemudian mengembangkan lagi satelit
palapa selanjutnya. Sehubungan dengan habisnya masa penggunaan satelit Palapa
A1 dan satelit Palapa A2, maka diluncurkan satelit Palapa B1 pada 19 Juni 1983.
Cakupan dari satelit B1 ini lebih luas. Yaitu sudah mencakup pada kawasan Asia
Tenggara, dibanding generasi Palapa sebelumnya yang hanya mencakup wilayah
Indonesia saja.
Seiring
dengan permintaan yang tinggi akan kebutuhan komunikasi, maka satelit Palapa B2
juga diluncurkan pada 3 februari 1984 di Kennedy Sapce Center, Cape Canavarel
pada 20.00 WIB. Peluncuran ini mengalami kegagalan, sehingga tidak berhasil
mencapai orbitnya. Hal tersebut disebabkan kerusakan pada perigee kick motor. Untuk
mengganti Palapa B2, kemudian diluncurkan satelit Palapa B3 yang kemudian
dinamai dengan Palapa B2-P (pengganti) yang diluncurkan pada 21 Maret 1987
dengan bantuan roket Delta-3920.
Peluncuran
satelit memang tidak pernah lepas dari penggunaan roket. Dengan pemasangan
satelit pada punggung roket atau bagian atas roket. Satelit kemudian melakukan
perjalanannya di luar angkasa. Roket kemudian membawa satelit pada sebuah rute
berbentuk elips yang juga sudah dikendalikan dari setasiun peluncurannya dibumi
. Lintasan seperti itulah yang secara umum menjadi suatu lintasan dalam
peluncuran sebuah satelit dengan menggunakan roket. Amerika memang menjadi
sebuah negara pengembang roket pada awal era penggunaan satelit di dunia. Maka
dari itulah, pada masa awal perkembangan satelit, Amerika menjadi negara
pendukung maupun membantu mengembangkan satelit bagi negara-negara lain
termasuk Indonesia. Palapa B yang pernah mengalami kerusakan tersebut, kemudian
ditemukan oleh NASA dan dibawa kembali ke bumi. Setelah terjadi perbaikan ,
satelit tersebut kemudian dibeli oleh PT.Telkom.
Pada April
1990 satelit ini diluncurkan kembali dengan nama B2-R sebagai pengganti dari B1
yang masa penggunaannya sudah habis.
Generasi terakhir dari Satelit Palapa B adalah Palapa B4. Diluncurkan pada 14 Mei 1992. Satelit ini diluncurkan menggunakan roket tiga tingkat dari Launch Pad 17B Cape Canavarel, Amerika. Setelah B4 diluncurkan, semakin meningkat pula kebutuhan akan jasa telekomunikasi di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diluncurkan Satelit Palapa C. Satelit ini diklaim memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah transponder maupun kekuatannya. Satelit ini disebut juga dengan Satelit Palapa C1. Beroperasi selama 3 tahun, dari 13 januari 1996 hingga pertengahan 1999. Satelit yang dikelola oleh Satelindo ini juga pernah disewakan kepada negara Pakistan sebelum akhirnya diambil alih dan menjadi Pakissat. Pada dasarnya berbeda dengan pengelola Satelit lain seperti Perumtel, pengelola dari satelindo lebih banyak melakukan kerjasama maupun jual beli penggunaan satelit dengan negara lain.
Generasi terakhir dari Satelit Palapa B adalah Palapa B4. Diluncurkan pada 14 Mei 1992. Satelit ini diluncurkan menggunakan roket tiga tingkat dari Launch Pad 17B Cape Canavarel, Amerika. Setelah B4 diluncurkan, semakin meningkat pula kebutuhan akan jasa telekomunikasi di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diluncurkan Satelit Palapa C. Satelit ini diklaim memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah transponder maupun kekuatannya. Satelit ini disebut juga dengan Satelit Palapa C1. Beroperasi selama 3 tahun, dari 13 januari 1996 hingga pertengahan 1999. Satelit yang dikelola oleh Satelindo ini juga pernah disewakan kepada negara Pakistan sebelum akhirnya diambil alih dan menjadi Pakissat. Pada dasarnya berbeda dengan pengelola Satelit lain seperti Perumtel, pengelola dari satelindo lebih banyak melakukan kerjasama maupun jual beli penggunaan satelit dengan negara lain.
Sehubungan
dengan pembelian Satelit Palapa C1 oleh Pakistan, maka pada 15 Mei 1996
diorbitkan Satelit Palapa C2. Ini merupakan generasi terakhir juga dari Palapa
seri C. Diorbitkan dari Perancis. Setelah beberapa satelit sebelumnya yang
diorbitkan dari Amerika, peluncuran satelit ini juga menjadi bukti adanya suatu
kerjasama dalam hal telekomunikasi dengan berbagai negara yang tidak hanya
terfokus pada Amerika saja. Orbitnya pun dipindahkan dari 113º Bujur Timur ke
105,5º Bujur Timur. Karena kelak 113º Bujur Timur akan ditempati oleh Satelit
Palapa D. Penggeseran ini dimaksudkan untuk memeperluas cakupan dari Satelit
Palapa D yang dipersiapkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam rangka mewabahnya
globalisasi. Pada 31 Agustus 2009, dalam rangka memeperingati Hari Ulang Tahun
Republik Indonesia yang ke-64 , maka diluncurkan Satelit Palapa D pada pukul
16.28 dari Xichang Satellite Launch Center (XSLC) di China. Satelit ini
dikelola oleh Indosat yang juga diketahui memiliki banyak kerjasama dengan
berbagai negara sebagai mana dijelaskan sebelumnya. Satelit Palapa D memiliki
cakupan yang lebih luas dan kekuatan signal yang lebih bila dibandingkan dengan
generasi sebelumnya. Hal tersebut dipersiapkan untuk menghadapi globalisasi
dalam berbagai aspek, termasuk teknologi dan komunikasi.
6.
Dampak Penggunaan Satelit di
Indonesia
Meskipun
secara umum perkembangan maupun penggunaan satelit memberikan dampak positif
berupa kemudahan dalam aspek komunikasi, informasi hingga beberapa bidang lain
termasuk ekonomi dan militer, penggunaan satelit juga berpotensi menimbulkan
dampak negatif. Seperti diketahui bahwa siaran radio maupun televisi dan
telephon membutuhkan satelit sebagai suatu media dalam menyampaikan informasi.
Perkembangan Satelit Palapa yang terus dilakukan guna menutupi berbagai
kekurangannya, juga berimbas pada perkembangan alat-alat komunikasi seperti
televisi, radio, maupun telephon. Itulah salah satu dari sekian dampak dari
adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Pembangunan pada
bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai contoh, dunia pertelevisian
Indonesia yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini sudah mulai dipenuhi
oleh sektor-sektor swasta. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh semaikin
meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya
teknologi satelit di Indonesia.
Namun dengan
tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara, Indonesia
dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari
Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing. Dengan demikian tentunya
berimbas pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit maupun
penggunaan secara bersama. Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan
suatu dampak yang sangat menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di
Indonesia. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa saat ini manusia
sendiri justru seakan dikuasai oleh teknologi yang dikembangkan oleh manusia.
Perkembangan satelit sendiri juga diikuti dengan perkembangan internet. Tidak
dipungkiri lagi bahwa keduanya sangat berkaitan. Dalam permasalahan internet
sendiri, dewasa ini sangat member dampak yang buruk meskipun ada pula dampak
positif lainnya. Mulai dari penipuan dalam transaksi jual beli via on line
hingga penyebaran gambar berbau pornografi maupun kekerasan. Hal tersebut
ditakutkan akan memberi pengaruh buruk, terutama pada anak-anak, khususnya para
pelajar.
Maka dengan
kata lain, penggunaan jasa komunikasi satelit yang berdampak pada globalisasi
informasi, juga diharapkan mampu memberikan pemerataan informasi secara
menyeluruh bagi wilayah-wilayah di Indonesia. Perubahan sosial di suatu negara
tidak selalu membawa perkembangan positif, namun ada yang negative yang
mempengaruhi tingkah laku serta pola pikir masyarakat, dimana sudah disinggung
pada pembahasan di atas. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia
untuk merekayasa pergeseran nilai zaman tersebut sehingga menjadi cirri bangsa
moderat, tanpa mengabaikan nilai dan prisnsip kepribadian bangsa sendiri, yaitu
Pancasila.
7.
Pengaruh Kerapatan
Atmosfir Terhadap Kelajuan Satelit Buatan Dalam Mengorbit
Atmosfer bumi dan lingkungan antariksa di dekat bumi sangat mempengaruhi
rancangan dan kala hidup operasional suatu pesawat ruang angkasa. Pengaruh ini bisa terjadi pada orbitnya, ukuran (besarnya), berat,
kompleksitas, dan mungkin juga pada biaya yang harus dikeluarkan.
Demikian juga dengan satelit. Sebagai benda yang mengorbit di angkasa,
terutama yang berada di atmosfer bumi, satelit akan mengalami interaksi dengan
atmosfer di sekelilingnya. Lingkungan di sekeliling satelit ini tidak statis,
melainkan berubah-ubah, tergantung pada aktivitas atau gaya yang berdampak pada
atmosfer bumi. Bila bumi bulat sempurna, tidak mempunyai atmosfer, dan
terisolasi dari benda-benda langit lainnya di dalam tata surya, orbit sebuah
satelit akan berbentuk ellips dengan bentuk dan ukuran lintasan yang konstan.
Tetapi untuk keadaan bumi yang sebenarnya, yaitu bentuk bumi yang pepat di
kutub-kutubnya, beratmosfer, dan berinteraksi dengan benda langit lainnya,
satelit akan mengalami berbagai
gangguan, yaitu yang disebabkan oleh gaya gravitasi
bumi, hambatan udara (atmosfer), gaya tarik matahari dan bulan, serta gaya-gaya
lainnya. Salah satu
komponen yang sangat berpengaruh pada satelit antara lain adalah kerapatan
atmosfer dan angin di sekelilingnya.
Killeen et al. (1992) meneliti adanya pengaruh fluks ultra violet ekstrim
(EUV) yang berasal dari matahari dan aktivitas geomagnet terhadap kerapatan dan
komposisi termosfer. Daerah termosfer merupakan lapisan paling atas dari
atmosfer bumi, dimana radiasi ultra violet dari matahari yang diserap akan
menyebabkan kenaikan temperatur terhadap ketinggian. Daerah termosfer juga
menjadi panas sebagai akibat dari aktivitas geomagnet. Pemanasan di termosfer
akan menaikkan kerapatannya karena ekspansi termosfer akan menyebabkan naiknya
tekanan pada ketinggian tertentu. Variasi pada kerapatan dan komposisi
termosfer ini, selain mempengaruhi ionosferjuga mempengaruhi trayektori satelit.
Perubahan kondisi atmosfer bagian atas (termosfer), yaitu pada ketinggian
di atas 90 km. menimbulkan efek yang sangat besar pada satelit. Pada daerah ini
satelit akan mengalami hambatan aerodinamik (aerodynamic drag), gaya
angkat, pemanasan, dan efek korosif dari elemen-elemen.
BAB.3.
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Satelit
alami adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit
sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti bulan
yang merupakan satelit alami bumi. Sebenarnya, terminologi ini berlaku juga
bagi planet yang mengelilingi sebuah bintang, atau bahkan sebuah bintang yang
mengelilingi galaksi, tetapi jarang digunakan. Bumi sendiri sebenarnya
merupakan satelit alami matahari. Satelit buatan adalah benda buatan manusia
yang beredar mengelilingi benda lain, misalnya satelit Palapa yang mengelilingi
bumi.
II.
Saran
Harapan bagi
para pembaca, agar dapat mengetahui penggunaan satelit sebagai telekomunikasi
dengan baik. Tidak menggunakan satelit untuk hal – hal yang melanggar. Lebih
dari itu, penulis mengharapkan agar dapat mempertahankan dan mengembangkan
satelit di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA

Thank's:)
BalasHapusVery nice:)
BalasHapus_unin_